“Byuuuuuuuuuuuuuuuur........”
Gulungan
ombak itu akhirnya menghantam tubuhku dan kekasihku yang sedang berada
di sebuah dayung berwarna pink. Kupeluk erat kekasihku itu supaya tidak
terbawa oleh ombak yang cukup besar itu. Namun apa yang terjadi, ketika
ombak itu berlalu aku tak melihat kekasihku yang cantik itu ada di
pelukanku. Kebingungan mulai menghinggapi pikiranku, aku berdiri dan
mencari kekasihku itu di sekitar perahu...
“Puuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttt !!! dimana kamu?????”
Namun
tidak ada jawaban dari Putri, aku terus berteriak memanggil namanya
dengan lebih keras lagi. Dan tiba-tiba sesosok tubuh tinggi, gendut, dan
penuh amarah muncul di hadapanku. Sepertinya aku mengenal sosok
tersebut, ya aku mengenal ekspresi kemarahannya... hah dia khan mamaku,
koq aku bisa lupa sich? Dengan penuh kepanikan aku peluk mamaku
“ maaaaaaa, Putri hanyut maaaaa” tangisku pecah di pelukan mamaku
Tiba-tiba
mama mendorong tubuhku yang basah kuyup ini dengan tanpa perasaan
sambil marah-marah seolah tidak memperdulikan kesedihan anaknya yang
baru kehilangan kekasihnya.
“hanyut.....hanyut gigi elo.... ayo bangun, udah siang tau?”
Bangun?????????
Ku
picingkan mataku, dan sejenak berfikir dan memfokuskan pandangan.
Sialan ternyata aku bukannya berada di tengah lautan tapi ternyata ada
di atas kasur dan suara byur tadi ternyata bukan karena ombak melainkan
karena aku disiram dengan seember air oleh mama.
“hik....hik....hik....” suara cekikikan terdengar dari pintu kamarku
Agnes berdiri di sana sambil merunduk-runduk karena menahan tawa
“emang enak disiram pagi-pagi?” ia ngelonyor pergi tepat sebelum guling merah jambuku terbang ke arahnya.
*
“ udah dong, Kak. Jangan manyun terus” sergah adik perempuanku yang super manja tersebut
Aku tetap tak bergeming dan tetap konsentrasi dengan setir mobilku
“ Agnes, nggak bermaksud ngeledekin Kak Dika koq” rayunya kembali
Ku pandang wajahnya yang cantik sejenak dan entah kenapa setiap melihat mukanya yang nyebelin itu bawaannya jadi kesel
“ nggak ngeledekin gimana, jelas-jelas kamu ngetawain Kakak pas jemur kasur tadi?” protesku
Kami terdiam cukup lama sehingga mobil yang kami tumpangi menepi di depan sekolahnya.
“
ya udah, Agnes ngaku salah. Lain kali Agnes janji kalau udah jam
setengah tujuh, Agnes mo bangunin Kak Dika sebelum disiram sama mama,
gimana?”
Aku menoleh ke arahnya, mulutnya terangkat ke atas dengan mata yang sayu dan sedikit anggukan penuh harap.
“ janji?” kataku sambil melotot
“ janji”
Sejurus kemudian aku kucek-kucek rambutnya yang udah rapi sampai awut-awutan
“ maafin Kak Dika ya, Dek”
Senyum
Agnes melebar dan ketika ia menyadari tatanan rambutnya jadi rusak
olehku mendadak ia memasang muka cemberut dan keluar dari mobil sambil
berkata
“ Kak Dika Jahat, tuh rambut Agnes jadi semrawut”
Aku hanya tersenyum puas karena sudah bisa membalas dendam kepadanya.
*
Suasana di kampus hari ini membosankan sekali, mungkin karena Putri
tidak ikut kuliah, dua hari yang lalu dia pulang ke kampung halamannya
di Banyuwangi karena ada saudaranya yang akan menikah. Memang kuakui
kehadiran Putri sebagai kekasihku turut berperan dalam memompa
semangatku untuk rajin mengikuti kuliah, dia dengan sabarnya selalu
memberikan dorongan kepadaku untuk mengerjakan tugas dari dosen, bahkan
jika ada quiz, malamnya ia selalu menelfon aku untuk memastikan aku
belajar. Intinya, Putri benar-benar adalah penawar sifat malasku.
*
“ Kak Dika, mamaaaaaaaa.... !!!”
Suara
teriakan adikku menggema di ruang tamu. Aku yang sedang asyik bermain
play station cukup terkejut dengan suara adikku itu. Suaranya semakin
keras saja ketika ia semakin dekat denganku.
“ Ada apa sich, Nes? Gangguin orang saja” omelku padanya karena teriakannya sudah membuat Messi salah umpan
“ Kak coba lihat! ” ucapnya sambil berdiri di sebelahku
Aku tetap konsen pada layar televisi sebelum akhirnya selembar kertas menghalangi pandanganku.
“ Apa-apaan kamu, Nes!” bentakku padanya
Bukannya
takut denganku, Agnes malah mematikan layar televisi dan melangkah ke
arahku lagi kemudian duduk di hadapanku sambil memasang muka
termanisnya.
“ Coba baca dulu, Kak Dika!” ucapnya memelas
Aku
tak dapat menghindar lagi darinya dan terpaksa kubaca kata demi kata
selembar kertas dengan logo gajah di pojok kiri atas tersebut.
“SELAMAT ANDA DINYATAKAN DITERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN”
Mataku terbelalak penuh keheranan, aku tak percaya adikku yang super
cengel itu diterima di Universitas bahkan di Fakultas yang sudah
menolakku dua kali tersebut. Karena tidak percaya, kupelototi kembali
tulisan tersebut dan kubaca kata demi kata dengan lebih hati-hati
“SELAMAT ANDA DINYATAKAN DITERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN”
Setelah
membaca kedua kaliny atersebut barulah aku yakin bahwa Agnes
benar-benar diterima. Rasa bahagiaku tak terbendung lagi, kucium kedua
pipinya dengan gemas, agnes hanya nyengir kuda.
“ kamu hebat, Dek”
“ siapa dulu dong kakaknya?”
Mama yang baru mendengar berita tersebut juga sangat bahagia dan juga menciumi pipi Agnes tanpa ampun.
*
Seharian otakku dipenuhi rasa penasaran mengapa adikku yang dulunya
super duper malas itu bahkan karena nilainya jeblok pernah mamaku
dipanggil oleh wali kelasnya, akhgir-akhir ini mendadak menjadi anak
yang rajin belajar
“ Nes, kamu kok mendadak jadi pinter begini? ” tanyaku penasaran
“ belajar dong, Kak” jawabnya bangga
“ iya, kakak tau kamu belajar terus akhir-akhir ini, bahkan sering
kerja kelompok, tapi kok kamu bisa berubah drastis gitu?” tanyaku lebih
selidik
“ hm.........”
“ ini semua karena Andre, Kak”
“ Andre, pacarmu yang culun itu” selorohku tak percaya
“ lebih tepatnya mantan pacarku, Kak”
“apa???????????????” aku terkejut dengan pernyataannya yang aneh
“ iya, Kak... tadi siang aku dah mutusin dia, aku bilang sama dia kalau
orang tuaku nggak setuju dengan hubungan kita dan aku mau disekolahkan
ke luar negeri”
“ kenapa kamu mutusin dia dengan cara kayak gitu, setau kakak kamu dan dia sangat mesra, dan dia orangnya baik” tanyaku kembali
“ sebenarnya aku nggak pernah tertarik dengan dia. Tapi aku pacaran
sama dia karena aku ingin punya tempat bertanya tentang semua pelajaran
di sekolah, dia khan pinter orangnya, Kak”
“ Hah.......................!!!!! ”
mulutku melongo. Sungguh aku nggak percaya, Agnes bisa berbuat sejahat itu
“ Kakak tau sendiri khan bagaimana mama sangat ingin ada anaknya yang
bisa kuliah di fakultas kedokteran, setelah Kakak gagal memenuhi
keinginan mama, tinggal Agnes lah satu-satunya harapan mama”
“ tapi Nes, cara kamu salah... kamu telah menyakiti hati orang yang tidak bersalah ”
“ tapi........”
Belum
selesai Agnes berbicara, tiba-tiba ada sms yang masuk ke handphone nya,
sejenak mulutnya komat-kamit membaca isi sms itu dan tiba-tiba ekspresi
wajahnya menunjukkan rasa ketakutan
“ kaaaaaaaaaaaaaaakkkk.......”
“ ada apa, Nes?”
“ kak...... Andreeeeeeeeee....”
“ kenapa, Nes? Ada apa?”
Aku semakin cemas. Sejuta pertanyaan muncul di benakku
“ ini kak....”
Bibirnya
bergetar dan akupun mengambil handphone yang sedang ia pegang dan aku
sungguh terkejut dengan isi sms tersebut yang tenyata dikirimkan oleh
Linda teman sebangku Agnes di sekolahg.
Nes, cptn u ke Matahari. Andre mo bnuh dri mo lompat dr atap gdug
Dengan
secepat kilat aku tarik tangan Agnes dan kemudian menuju ke garasi dan
kami pun berangkat ke Matahari dengan kecepatan tinggi.
*
Sepanjang perjalanan Agnes terus menangis dan terus berdoa supaya tidak
terjadi apa-apa dengan Andre. Aku yang awalnya ingin memarahi dia jadi
tidak tega sendiri. Akupun melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi dan
sampai di parkiran Matahari lima belas menit kemudian dan ternyata
orang-orang sudah ramai di sekitar gedung tersebut dan kulihat di atap
gedung sedang ada cowok berseragam yang siap-siap akan melompat ke
bawah, kalau dari ciri-ciri fisiknya sepertinya cowok itu memang Andre.
Setelah keluar dari dalam mobil, Agnes langsung berteriak memanggil
Andre
“ Andreeeeeeeeeeeeeeeeeeeee...... jangaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Teriakannya
cukup keras sehingga membuat orang-orang di sekitar kita melihat ke
arah kita semuanya, aku lihat Andre sepertinya juga menoleh ke arah
kita. Setelah menoleh ke arah kita, Andre kembali mengambil
ancang-ancang untuk melompat dan teriakan Agnes semakin histeris
“ jangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannn”
Entah
mendapatkan kekuatan dari mana tiba-tiba aku berlari ingin
menyelamatkan Andre, mungkin karena aku tidak tega kalau Agnes harus
menanggung rasa bersalahnya seumur hidup kalau Andre sampai mati bunuh
diri. Aku terus berlari meniti tangga menuju ke lantai atas, banyak
orang yang keheranan melihat aksiku, tanpa rasa lelah aku terus berlari
sekuat tenaga, yang ada dalam pikiranku hanyalah menyelamatkan Andre
secepatnya sebelum terlambat. Namun naas, ketika aku sudah sampai di
lantai teratas tiba-tiba tanpa sengaja aku terpeleset dan kepalaku
mendadak pusing dan aku hilang keseimbangan dan aku tidak ingat apa-apa
lagi.
*
Aku sedang berada di atap gedung Matahari tempat dimana aku
mengutarakan cintaku kepada Agnes. Iya, di atap gedung ini aku akan
mengakhiri hidupku untuk selamanya. Aku sangat kecewa karena Agnes yang
sangat aku cintai tiba-tiba memutuskan hubungan kita dan itu terjadi
bukan karena dia sudah tidak sayang sama aku tetapi karena orang tuanya
tidak menyetujui hubungan kita, aku sadari memang kita berasal dari dua
keluarga yang sangatlah berbeda. Agnes adalah anak seorang dokter
ternama sementara aku hanyalah anak seorang petani miskin yang sekolah
aja dibiayai oleh negara. Untuk apa aku hidup kalau harus kehilangan
orang yang sangat aku cintai dan harus melihat Agnes juga kecewa karena
keputusan orang tuanya. Biarlah aku mati, supaya Agnes bisa tenang
memilih cowok lain.
Aku sudah bersiap-siap melompat ke bawah, ketika tiba-tiba aku
mendengar suara Agnes memanggil-manggil namaku dari bawah. Keraguan
mulai muncul di benakku tetapi tekadku sudah bulat, aku harus mati dan
ketika aku akan melompat kudengar sayup-sayup suara jeritan Agnes dan
hawa kematian mulai membuat bulu kudukku merinding. Keraguan dan
ketakutan akan kematian semakin kuat menghinggapi dadaku dan tiba-tiba
kepalaku pening sekali, sakit sekali. Kepalaku seperti berputar-putar
dan aku merasa seperti memasuki lorong waktu dan ketika pening itu reda
entah mengapa tiba-tiba aku merasa keputusanku untuk bunuh diri itu
salah, bayangan-bayangan aneh mulai menyeruak dalam pikiranku.
Bayangan-bayangan itu seperti nyata dimana aku disiram di atas kasur,
mengantarkan Agnes ke sekolah, dan mendengar ucapan Agnes bahwa ia tidak
pernah mencintaiku. Aku bingung, darimana bayangan itu muncul karena
aku merasa aku tidak pernah mengalami kejadian itu sebelumnya tetapi
mengapa bayangan itu terasa nyata sekali. Siraman air ibunya Agnes,
empuknya pipi Agnes, dan omongan Agnes tentang sandiwara cintanya
kepadaku terasa sangat nyata dan akupun mengurungkan niatku untuk bunuh
diri karena takut akan kematian dan karena merasa Agnes tidak pantas
mendapatkan pengorbanan seekstrim itu.
- Sekian -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar