Laporan tentang adanya penemuan Candi Borobudur tercatat pada tahun 1814
ketika sir Thomas Stanford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang
menjadi wali Negara Indonesia mengadakan kunjungan ke Semarang. Raffles
mendapatkan informasi bahwa di daerah kedu telah ditemukan susunan batu
bergambar. Raffles mengutus Cornelius seorang Belanda untuk mengadakan
penelitian. Pekerjaan tersebut dilanjutkan oleh Residen Kedu bernama
Hartman pada tahun 1835.
Sejarah Candi Borobudur
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi
Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa
pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan
dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang
berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini
dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an
Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri
dari Samaratungga. Sedangkan arsitek borobudur yang berjasa membangun
candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Asal Usul Nama Candi Borobudur
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis
oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di
Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih
tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen
tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab
Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di
kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi
penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata
"bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi)
dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur,
maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut
Buddha.
Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena
letusan gunung berapi, sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup
tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga tertutup berbagai pepohonan
dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan candi ini mulai
terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.
Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford
Raffles mendengar adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di
desa Bumisegoro daerah Magelang. Karena minatnya yang besar terhadap
sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C. Cornelius, seorang
insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa
bukit yang dipenuhi semak belukar.
Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan
menyingkirkan semak belukar yang menutupi bangunan raksasa tersebut.
Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah rapuh dan bisa runtuh, maka
Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk beberapa
gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang
yang memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia.
Pada tahun 1835, seluruh area candi sudah berhasil digali. Candi ini
terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta
bantuan UNESCO untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun
1963, keluar keputusan resmi pemerintah Indonesia untuk melakukan
pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO. Namun pemugaran
ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973.
Proses pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi
Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh
UNESCO.
Sejarah mencatat Borobudur adalah candi terbesar yang pernah dibangun
untuk penghormatan terhadap sang Budha. Bayangkan saja bangunannya
mencapai 14.000m persegi dengan ketinggian hingga 35,29m. Sebuah
prasasti Cri Kahuluan yang berasal dari abad IX (824 Masehi) yang
diteliti oleh Prof Dr J.G. Casparis, mengungkap silsilah tiga Wangsa
Syailendra yang berturut-turut berkuasa pada masa itu, yakni Raja Indra,
Putranya Samaratungga. Kemudian, putrinya yang bernama Samaratungga
Pramodawardhani.
Letak candi ini memang diatas perbukitan yang terletak di Desa
Borobudur, Mungkid, Magelang atau 42 km sebelah laut kota Yogyakarta.
Dikelilingi Bukit Manoreh yang membujur dari arah timur ke barat.
Sementara di sebelah timur terdapat Gunung Merapi dan Merbau, serta
disebelah barat ada Gunumg Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dibutuhkan tak kurang dari 2 juta balok batu andesit atau setara dengan
50.000m persegi untuk membangun Candi Borobudur ini. Berat keseluruhan
candi mencapai 3,5 juta ton. Seperti umumnya bangunan candi, Bororbudur
memiliki 3 bagian bangunan, yaitu kaki, badan dan atas. Bangunan kaki
disebut Kamadhatu, yang menceritakan tentang kesadaran yang dipenuhi
dengan hawa nafsu dan sifat-sifat kebinatangan. Kemudian Ruphadatu, yang
bermakna sebuah tingkatan kesadaran manusia yang masih terikat hawa
nafsu, materi dan bentuk. Sedangkan Aruphadatu yang tak lagi terikat
hawa nafsu, materi dan bentuk digambarkan dalam bentuk stupa induk yang
kosong. Hal ini hanya dapat dicapai dengan keinginan dan kekosongan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar