Sabtu, 24 Agustus 2013

dejavu

“Byuuuuuuuuuuuuuuuur........”
Gulungan ombak itu akhirnya menghantam tubuhku dan kekasihku yang sedang berada di sebuah dayung berwarna pink. Kupeluk erat kekasihku itu supaya tidak terbawa oleh ombak yang cukup besar itu. Namun apa yang terjadi, ketika ombak itu berlalu aku tak melihat kekasihku yang cantik itu ada di pelukanku. Kebingungan mulai menghinggapi pikiranku, aku berdiri dan mencari kekasihku itu di sekitar perahu...
“Puuuuuuuuuuuuuuuuuuutttttt !!! dimana kamu?????”
Namun tidak ada jawaban dari Putri, aku terus berteriak memanggil namanya dengan lebih keras lagi. Dan tiba-tiba sesosok tubuh tinggi, gendut, dan penuh amarah muncul di hadapanku. Sepertinya aku mengenal sosok tersebut, ya aku mengenal ekspresi kemarahannya... hah dia khan mamaku, koq aku bisa lupa sich? Dengan penuh kepanikan aku peluk mamaku
“ maaaaaaa, Putri hanyut maaaaa” tangisku pecah di pelukan mamaku
Tiba-tiba mama mendorong tubuhku yang basah kuyup ini dengan tanpa perasaan sambil marah-marah seolah tidak memperdulikan kesedihan anaknya yang baru kehilangan kekasihnya.
“hanyut.....hanyut gigi elo.... ayo bangun, udah siang tau?”
Bangun?????????
Ku picingkan mataku, dan sejenak berfikir dan memfokuskan pandangan. Sialan ternyata aku bukannya berada di tengah lautan tapi ternyata ada di atas kasur dan suara byur tadi ternyata bukan karena ombak melainkan karena aku disiram dengan seember air oleh mama.
“hik....hik....hik....” suara cekikikan terdengar dari pintu kamarku
Agnes berdiri di sana sambil merunduk-runduk karena menahan tawa
“emang enak disiram pagi-pagi?” ia ngelonyor pergi tepat sebelum guling merah jambuku terbang ke arahnya.
*
            “ udah dong, Kak. Jangan manyun terus” sergah adik perempuanku yang super manja tersebut
            Aku tetap tak bergeming dan tetap konsentrasi dengan setir mobilku
            “ Agnes, nggak bermaksud ngeledekin Kak Dika koq” rayunya kembali
Ku pandang wajahnya yang cantik sejenak dan entah kenapa setiap melihat mukanya yang nyebelin itu bawaannya jadi kesel
            “ nggak ngeledekin gimana, jelas-jelas kamu ngetawain Kakak pas jemur kasur tadi?” protesku
Kami terdiam cukup lama sehingga mobil yang kami tumpangi menepi di depan sekolahnya.
“ ya udah, Agnes ngaku salah. Lain kali Agnes janji kalau udah jam setengah tujuh, Agnes mo bangunin Kak Dika sebelum disiram sama mama, gimana?”
Aku menoleh ke arahnya, mulutnya terangkat ke atas dengan mata yang sayu dan sedikit anggukan penuh harap.
            “ janji?” kataku sambil melotot
            “ janji”
Sejurus kemudian aku kucek-kucek rambutnya yang udah rapi sampai awut-awutan
            “ maafin Kak Dika ya, Dek”
Senyum Agnes melebar dan ketika ia menyadari tatanan rambutnya jadi rusak olehku mendadak ia memasang muka cemberut dan keluar dari mobil sambil berkata
            “ Kak Dika Jahat, tuh rambut Agnes jadi semrawut”
Aku hanya tersenyum puas karena sudah bisa membalas dendam kepadanya.
*
            Suasana di kampus hari ini membosankan sekali, mungkin karena Putri tidak ikut kuliah, dua hari yang lalu dia pulang ke kampung halamannya di Banyuwangi karena ada saudaranya yang akan menikah. Memang kuakui kehadiran Putri sebagai kekasihku turut berperan dalam memompa semangatku untuk rajin mengikuti kuliah, dia dengan sabarnya selalu memberikan dorongan kepadaku untuk mengerjakan tugas dari dosen, bahkan jika ada quiz, malamnya ia selalu menelfon aku untuk memastikan aku belajar. Intinya, Putri benar-benar adalah penawar sifat malasku.
*
            “ Kak Dika, mamaaaaaaaa.... !!!”
Suara teriakan adikku menggema di ruang tamu. Aku yang sedang asyik bermain play station cukup terkejut dengan suara adikku itu. Suaranya semakin keras saja ketika ia semakin dekat denganku.
            “ Ada apa sich, Nes? Gangguin orang saja” omelku padanya karena teriakannya sudah membuat Messi salah umpan
            “ Kak coba lihat! ” ucapnya sambil berdiri di sebelahku
Aku tetap konsen pada layar televisi sebelum akhirnya selembar kertas menghalangi pandanganku.
            “ Apa-apaan kamu, Nes!” bentakku padanya
Bukannya takut denganku, Agnes malah mematikan layar televisi dan melangkah ke arahku lagi kemudian duduk di hadapanku sambil memasang muka termanisnya.
            “ Coba baca dulu, Kak Dika!” ucapnya memelas
Aku tak dapat menghindar lagi darinya dan terpaksa kubaca kata demi kata selembar kertas dengan logo gajah di pojok kiri atas tersebut.
            “SELAMAT ANDA DINYATAKAN DITERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN”
            Mataku terbelalak penuh keheranan, aku tak percaya adikku yang super cengel itu diterima di Universitas bahkan di Fakultas yang sudah menolakku dua kali tersebut. Karena tidak percaya, kupelototi kembali tulisan tersebut dan kubaca kata demi kata dengan lebih hati-hati
            “SELAMAT ANDA DINYATAKAN DITERIMA DI FAKULTAS KEDOKTERAN”
Setelah membaca kedua kaliny atersebut barulah aku yakin bahwa Agnes benar-benar diterima. Rasa bahagiaku tak terbendung lagi, kucium kedua pipinya dengan gemas, agnes hanya nyengir kuda.
            “ kamu hebat, Dek”
            “ siapa dulu dong kakaknya?”
Mama yang baru mendengar berita tersebut juga sangat bahagia dan juga menciumi pipi Agnes tanpa ampun.
*
            Seharian otakku dipenuhi rasa penasaran mengapa adikku yang dulunya super duper malas itu bahkan karena nilainya jeblok pernah mamaku dipanggil oleh wali kelasnya, akhgir-akhir ini mendadak menjadi anak yang rajin belajar
            “ Nes, kamu kok mendadak jadi pinter begini? ” tanyaku penasaran
            “ belajar dong, Kak” jawabnya bangga
            “ iya, kakak tau kamu belajar terus akhir-akhir ini, bahkan sering kerja kelompok, tapi kok kamu bisa berubah drastis gitu?” tanyaku lebih selidik
            “ hm.........”
            “ ini semua karena Andre, Kak”
            “ Andre, pacarmu yang culun itu” selorohku tak percaya
            “ lebih tepatnya mantan pacarku, Kak”
            “apa???????????????” aku terkejut dengan pernyataannya yang aneh
            “ iya, Kak... tadi siang aku dah mutusin dia, aku bilang sama dia kalau orang tuaku nggak setuju dengan hubungan kita dan aku mau disekolahkan ke luar negeri”
            “ kenapa kamu mutusin dia dengan cara kayak gitu, setau kakak kamu dan dia sangat mesra, dan dia orangnya baik” tanyaku kembali
            “ sebenarnya aku nggak pernah tertarik dengan dia. Tapi aku pacaran sama dia karena aku ingin punya tempat bertanya tentang semua pelajaran di sekolah, dia khan pinter orangnya, Kak”
            “ Hah.......................!!!!! ”
mulutku melongo. Sungguh aku nggak percaya, Agnes bisa berbuat sejahat itu
            “ Kakak tau sendiri khan bagaimana mama sangat ingin ada anaknya yang bisa kuliah di fakultas kedokteran, setelah Kakak gagal memenuhi keinginan mama, tinggal Agnes lah satu-satunya harapan mama”
            “ tapi Nes, cara kamu salah... kamu telah menyakiti hati orang yang tidak bersalah ”
            “ tapi........”
Belum selesai Agnes berbicara, tiba-tiba ada sms yang masuk ke handphone nya, sejenak mulutnya komat-kamit membaca isi sms itu dan tiba-tiba ekspresi wajahnya menunjukkan rasa ketakutan
            “ kaaaaaaaaaaaaaaakkkk.......”
            “ ada apa, Nes?”
            “ kak...... Andreeeeeeeeee....”
            “ kenapa, Nes? Ada apa?”
Aku semakin cemas. Sejuta pertanyaan muncul di benakku
            “ ini kak....”
Bibirnya bergetar dan akupun mengambil handphone yang sedang ia pegang dan aku sungguh terkejut dengan isi sms tersebut yang tenyata dikirimkan oleh Linda teman sebangku Agnes di sekolahg.
            Nes, cptn u ke Matahari. Andre mo bnuh dri mo lompat dr atap gdug
Dengan secepat kilat aku tarik tangan Agnes dan kemudian menuju ke garasi dan kami pun berangkat ke Matahari dengan kecepatan tinggi.
*
            Sepanjang perjalanan Agnes terus menangis dan terus berdoa supaya tidak terjadi apa-apa dengan Andre. Aku yang awalnya ingin memarahi dia jadi tidak tega sendiri. Akupun melaju kendaraan dengan kecepatan tinggi dan sampai di parkiran Matahari lima belas menit kemudian dan ternyata orang-orang sudah ramai di sekitar gedung tersebut dan kulihat di atap gedung sedang ada cowok berseragam yang siap-siap akan melompat ke bawah, kalau dari ciri-ciri fisiknya sepertinya cowok itu memang Andre. Setelah keluar dari dalam mobil, Agnes langsung berteriak memanggil Andre
            “ Andreeeeeeeeeeeeeeeeeeeee...... jangaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
Teriakannya cukup keras sehingga membuat orang-orang di sekitar kita melihat ke arah kita semuanya, aku lihat Andre sepertinya juga menoleh ke arah kita. Setelah menoleh ke arah kita, Andre kembali mengambil ancang-ancang untuk melompat dan teriakan Agnes semakin histeris
            “ jangaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannn”
Entah mendapatkan kekuatan dari mana tiba-tiba aku berlari ingin menyelamatkan Andre, mungkin karena aku tidak tega kalau Agnes harus menanggung rasa bersalahnya seumur hidup kalau Andre sampai mati bunuh diri. Aku terus berlari meniti tangga menuju ke lantai atas, banyak orang yang keheranan melihat aksiku, tanpa rasa lelah aku terus berlari sekuat tenaga, yang ada dalam pikiranku hanyalah menyelamatkan Andre secepatnya sebelum terlambat. Namun naas, ketika aku sudah sampai di lantai teratas tiba-tiba tanpa sengaja aku terpeleset dan kepalaku mendadak pusing dan aku hilang keseimbangan dan aku tidak ingat apa-apa lagi.
*
            Aku sedang berada di atap gedung Matahari tempat dimana aku mengutarakan cintaku kepada Agnes. Iya, di atap gedung ini aku akan mengakhiri hidupku untuk selamanya. Aku sangat kecewa karena Agnes yang sangat aku cintai tiba-tiba memutuskan hubungan kita dan itu terjadi bukan karena dia sudah tidak sayang sama aku tetapi karena orang tuanya tidak menyetujui hubungan kita, aku sadari memang kita berasal dari dua keluarga yang sangatlah berbeda. Agnes adalah anak seorang dokter ternama sementara aku hanyalah anak seorang petani miskin yang sekolah aja dibiayai oleh negara. Untuk apa aku hidup kalau harus kehilangan orang yang sangat aku cintai dan harus melihat Agnes juga kecewa karena keputusan orang tuanya. Biarlah aku mati, supaya Agnes bisa tenang memilih cowok lain.
            Aku sudah bersiap-siap melompat ke bawah, ketika tiba-tiba aku mendengar suara Agnes memanggil-manggil namaku dari bawah. Keraguan mulai muncul di benakku tetapi tekadku sudah bulat, aku harus mati dan ketika aku akan melompat kudengar sayup-sayup suara jeritan Agnes dan hawa kematian mulai membuat bulu kudukku merinding. Keraguan dan ketakutan akan kematian semakin kuat menghinggapi dadaku dan tiba-tiba kepalaku pening sekali, sakit sekali. Kepalaku seperti berputar-putar dan aku merasa seperti memasuki lorong waktu dan ketika pening itu reda entah mengapa tiba-tiba aku merasa keputusanku untuk bunuh diri itu salah, bayangan-bayangan aneh mulai menyeruak dalam pikiranku. Bayangan-bayangan itu seperti nyata dimana aku disiram di atas kasur, mengantarkan Agnes ke sekolah, dan mendengar ucapan Agnes bahwa ia tidak pernah mencintaiku. Aku bingung, darimana bayangan itu muncul karena aku merasa aku tidak pernah mengalami kejadian itu sebelumnya tetapi mengapa bayangan itu terasa nyata sekali. Siraman air ibunya Agnes, empuknya pipi Agnes, dan omongan Agnes tentang sandiwara cintanya kepadaku terasa sangat nyata dan akupun mengurungkan niatku untuk bunuh diri karena takut akan kematian dan karena merasa Agnes tidak pantas mendapatkan pengorbanan seekstrim itu.
- Sekian -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar