A. Potret Bahasa Indonesia dalam Era Globalisasi
Era globalisasi akan menyentuh semua aspek kehidupan,
termasuk bahasa. Bahasa yang semakin global dipakai oleh semua bangsa di dunia
ialah bahasa Inggris, yang pemakainya lebih dari satu miliar. Akan tetapi, sama
halnya dengan bidang kehidupan lain, sebagaimana dikemukakan oleh Naisbit
(1991) dalam bukunya Global Paradox, akan terjadi paradoks-paradoks dalam
berbagai komponen kehidupan, termasuk bahasa. Bahasa Inggris, misalnya,
walaupun pemakainya semakin besar sebagai bahasa kedua, masyarakat suatu negara
akan semakin kuat juga memertahankan bahasa ibunya.
Seperti di Islandia, sebuah negara kecil di Eropa,
yang jumlah penduduknya sekitar 250.000 orang, walaupun mereka dalam
berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua,
negara ini masih memertahankan kemurnian bahasa pertamanya dari pengaruh bahasa
Inggris. Demikian juga di negara-negara pecahan Rusia seperti Ukraina,
Lithuania, Estonia (yang memisahkan diri dari Rusia) telah menggantikan semua
papan nama di negara tersebut yang selama itu menggunakan bahasa Rusia.
Bagaimana halnya dengan di Indonesia? Di Indonesia,
fenomena yang sama pernah dilakukan dengan pengeluaran Surat Menteri Dalam
Negeri kepada gubernur, bupati, dan walikota seluruh Indonesia Nomor 1021/SJ
tanggal 16 Maret 1995 tentang Penertiban Penggunaan Bahasa Asing. Surat itu
berisi instruksi agar papan-papan nama dunia usaha dan perdagangan di seluruh
Indonesia yang menggunakan bahasa asing agar diubah menjadi bahasa Indonesia.
Ketika awal pemberlakukan peraturan tersebut, tampak gencar dan bersemangat
usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia.
Pemda DKI Jakarta, misalnya, bekerja sama dengan Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa mengadakan teguran-teguran lisan dan
tertulis, bahkan turun ke lapangan mendatangi perusahaan-perusahaan yang papan
namanya menggunakan bahasa Inggris atau mencampuradukkan bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia dengan struktur bahasa Inggris. Misalnya, sebelumnya
terpampang “Pondok Indah Mall”, “Ciputra Mall”, “Mestika Bank”, dan lain-lain,
sekarang diubah menjadi “Mal Pondok Indah”, “Mal Ciputra”, “Bank Mestika”.
Berbagai fenomena dan kenyataan ini akan semakin
mendukung ke arah terjadinya suatu pertentangan (paradoks) dan arus
tarik-menarik antara globalisasi dan lokalisasi. Persoalan berikutnya adalah
mampukah bahasa Indonesia mempertahankan jati dirinya di tengah-tengah arus
tarik-menarik itu? Untuk menjawab persoalan ini, marilah kita menengok ke
belakang bagaimana bahasa Indonesia yang ketika itu masih disebut bahasa Melayu
mampu bertahan dari berbagai pengaruh bahasa lain baik bahasa asing maupun
bahasa daerah lainnya di nusantara.
Sejauh ini tanpa terasa banyak kosakata yang
sebenarnya hasil serapan dari bahasa lain tetapi sudah kita anggap sebagai
kosakata bahasa Melayu/Indonesia. Misalnya sebagai berikut.
Bahasa Asal dan contoh kata yang diserap:
• Bahasa Sanskerta: agama, bahasa, cerita, cita, guru,
harta, pertama, sastra, sorga, warta
• Bahasa Arab: alam, adil, adat, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda: pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris: kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina: loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil: keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis: meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi: bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa: gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
• Bahasa Arab: alam, adil, adat, haram, haji, kitab, perlu, sah, subuh, hisab, madrasah, musyawarah
• Bahasa Belanda: pipa, baut, kaos, pesta, peluit, setir, brankas, balok, pelopor, dongkrak, nol, bom, saku
• Bahasa Inggris: kiper, kornel, tim, gol, final, tes, organisasi, proklamasi, legal, administrasi, stop,
• Bahasa Cina: loteng, kue, kuah, the, cengkeh, cawan, teko, anglo, toko, tauco
• Bahasa Tamil: keledai, perisai, tirai, peri, cemeti, kedai, modal, pualam, ragam, gurindam
• Bahasa Portugis: meja, kemeja, gereja, bendera, peluru, almari, mentega, roda, lentera, armada, paderi
• Bahasa Parsi: bandar, syahbandar, kenduri, kelasi, anggur, istana, tamasya, takhta, nakhoda, bius
• Bahasa Jawa: gampang, ngawur, ruwet, sumber, jago, lebaran, bisa, tanpa, sengit, ajeg, tuntas
• Bahasa Sunda Camat, garong, lumayan,melotot, ompreng, pencoleng, mending, nyeri, anjangsana, tahap
• Bahasa Minangkabau cemooh, ejek, bak, enau, engkau, semarak, heboh, cetus, ngarai, taut
Kesemua kata-kata tersebut menjadi kosakata bahasa
Indonesia melalui proses adaptasi sehingga sesuai dengan sistem bahasa
Indonesia. Jadi, agaknya proses membuka diri terhadap pengaruh kosakata asing
sudah berlangsung lama dalam sejarah perkembangan bahasa Indonesia. Oleh karena
itu, pada era globalisasi ini kekhawatiran yang sangat mendalam terhadap
pengaruh masuknya unsur-unsur asing terhadap bahasa Indonesia tidak terlu
terjadi.
Yang perlu dicermati adalah penagaruh asing
tersebut harus diarahkan ke perkembangan yang positif terhadap bahasa
Indonesia. Bahkan, sedapat mungkin kita mencari peluang-peluang dari pengaruh
globalisasi ini bagi kamajuan perkembangan bahasa Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar